REVIEW JURNAL
PENGENALAN ENZIM AMILASE (ALPHA-AMYLASE) DAN REAKSI ENZIMATISNYA
MENGHIDROLISIS AMILOSA PATI MENJADI GULA
Ditulis oleh Ariandi dalam Jurnal
Dinamika Vol. 07 No. 1 Tahun 2016
I.
PENDAHULUAN
Amilase
diklasifikasikan sebagai saccharidase (enzim yang memotong polisakarida).
Amilase merupakan enzim pencernaan, terutama dilakukan oleh pancreas dan
kelenjar ludah. Amilase adalah enzim yang mengkatalis hidrolisis dari
alpha-1,4-glikosidik polisakarida untuk menghasilkan dekstrin, oligosakarida,
maltose, dan D-glukosa. Ada beberapa tipe amilase yang berbeda. Enzim ini
diklasifikasikan sesuai dengan cara memotong ikatan glikosidik. Alpha amilase menghidrolisis alpha 1,4-glikosidik,
secara acak menghasilkan dekstrin, oligosakarida, dan monosakarida. Alpha-
amilase adalah endo-amilase. Exoamilases menghidrolisis alpha 1,4-glikosidik
linkage hanya dari non pereduksi ujung rantai polisakarida luar. Exoamilases
termasuk beta-amilas edan glukoamilases (gamma-amilase, amyloglu-cosidases).
Mekanisme kerja enzim α-amilase terdiri dari dua tahap, yaitu : tahap pertama
degadasi amilosa menjadi maltosa dan maltotriosa yang terjadi secara acak.
Degadasi ini terjadi sangat cepat dan diikuti dengan menurunnya viskositas dengan
cepat. Tahap kedua terjadi pembentukan glukosa dan maltosa sebagai hasil akhir
dan tidak acak. Keduanya merupakan kerja enzim α-amilase pada molekul amilosa.
Pada molekul amilopektin kerja α-amilase akan menghasilkan glukosa, maltosa dan
satu seri α-limit dekstrin, serta oligosakarida yang terdiri dari empat atau
lebih glukosa yang mengandung ikatan α-1,6-glikosidik.
II.
TUJUAN
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengukur kadar glukosa yang terbentuk dari
reaksi enzimatis alfa amilase dan mengujur kadar pati sisanya.
III.
TINJAUAN PUSTAKA
Ada
beberapa tipe amilase yang berbeda Enzim ini diklasifikasikan sesuai dengan
cara memotong ikatan glikosidik. Alpha-amilase menghidrolisis alpha
1,4-glikosidik, secara acak menghasilkan dekstrin, oligosakarida dan monosakarida.
Alpha-amilase adalah endo-amilase. Exoamylases menghidrolisis alpha
1,4-glikosidik linkage hanya dari non-pereduksi ujung rantai polisakarida luar.
Exoamylases termasuk beta-amilase dan glucoamylases (gamma-amilase,
amyloglu-cosidases) (Aiyer, 2005).
Enzim
α-amilase memiliki gugus karboksil dan nitrogen pada sisi aktifnya. Substrat
membentuk komplek adsorpsi dengan enzim dimana posisi ikatan glukosidik dalam
posisi saling berhadapan dengan gugus karboksil dan kelompok imidazol.
Karboksil anion menyerang bagian nukleofil C (1) dari substrat yang bertujuan
untuk menetralkan rantai ion amidazol. Pada reaksi deglukosilasi, kelompok
imidazol menjadi dasar untuk memisahkan komponen air pada posisi C (1) (Naz,
2002). Aktivitas enzim α-amilase dapat diukur berdasarkan penurunan kadar pati
yang larut atau jumlah gula pereduksi yang terbentuk (Judoamidjojo et al.
1992).
IV.
METODE
4.1. Proses pengujian pati :
Setiap tabung reaksi diisi dengan
larutan pati 0.05%, kemudian ditambahkan 0.5 ml laruatn enzim alpha amilase yang
telah terencerkan 1000 kali. Selanjutnya memasukkan sampel ke dalam pengangas
air pada suhu 900 C dan tabung diambil pada waktu 0, 10, 20, 30, 40,
50, 60 menit.
4.2. Pengamatan gula yang terbentuk :
Sampel diambil pada setiap tabung
sebanyak 1 ml dan ditambahkan dengan 3 ml larutan DNS, kemudian dipanaskan
selama 5 menit pada air mendidih lalu didinginkan. Absorbansi sampel diukur
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm. Kurva standar glukosa
dibuat pada konsentrasi 100, 150, 200, 250, dan 300 ppm.
4.3. Pengamatan pati sisa :
Sampel diambil pada setiap tabung
masing-masing sebanyak 1 ml dan ditambahkan dengan 0.1 larutan iod konsentrasi
0.2% kemudia dikocok sampai homogeny dan ditambahkan dengan 3 ml aquades.
Absorbansi sampel diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm.
Kurva standar pati pada konsentrasi 0.015; 0.020; 0.0250; dan 0.010% dibuat.
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Pengamatan Glukosa yang Terbentuk
Ikatan
alpha-1,4-D-glukosa dalam amilosa pati dilakukan reaksi enzimatis dengan enzim
alpha amilase untuk mendegradasi ikatan tersebut. Enzim alpha amilase dapat
memecah pati secara acak dari tengah atau bagian dalam molekul pati.
Berdasarkan
data absorbansi glukosa yang terbentuk yang dihasilkan dari hidrolisis pati
oleh enzim alpha-amilase, data terlihat bahwa semakin lama waktu pemanasan
kinerja enzim amilase, semakin menurun nilai absorbansinya, yang berarti kadar
glukosanya semakin menurun (fluktuatif). Berdasarkan teori seharusnya semakin
lama enzim bekerja pada suhu tinggi yang optimal (enzim termofilik), maka
reaksi enzim berlangsung lebih cepat. Setiap peningkatan suhu 1 oC dapat
meningkatkan rata-rata reaksi lebih 10% sampai mencapai suhu optimal, setelah
itu enzim menjadi tidak aktif (Illanes, 2008 dalam Heryanto, 2012). Metode
penentuan komposisi gula reduksi dalam sampel menggunakan pereaksi asam dinitro
salisilat atau 3,5-dinitrosalicylic acid (DNS). DNS merupakan senyawa aromatis
yang akan bereaksi dengan gula reduksi maupun komponen pereduksi lainnya untuk
membentuk 3-amino-5-nitrosalicylic acid, suatu senyawa yang mampu menyerap
dengan kuat radiasi gelombang elektromagnetik pada 540 nm. Semakin banyak
komponen pereduksi yang terdapat dalam sampel, maka akan semakin banyak pula
molekul 3-amino-5-nitrosalicylic acid yang terbentuk dan mengakibatkan serapan
semakin tinggi (Sazciet.al. 1986).
Metode penentuan komposisi gula reduksi dalam sampel
menggunakan pereaksi asam dinitro salisilat atau 3,5-dinitrosalicylic acid
(DNS). DNS merupakan senyawa aromatis yang akan bereaksi dengan gula reduksi
maupun komponen pereduksi lainnya untuk membentuk 3-amino-5-nitrosalicylic
acid, suatu senyawa yang mampu menyerap dengan kuat radiasi gelombang
elektromagnetik pada 540 nm. Semakin banyak komponen pereduksi yang terdapat
dalam sampel, maka akan semakin banyak pula molekul 3-amino-5-nitrosalicylic
acid yang terbentuk dan mengakibatkan serapan semakin tinggi (Sazciet.al.
1986). Reaksi dengan DNS yang terjadi merupakan reaksi redoks pada gugus
aldehid gula dan teroksidasi menjadi gugus karboksil. Sementara itu DNS sebagai
oksidator akan tereduksi membentuk 3-amino dan 5-nitrosalicylic acid. Reaksi
ini berjalan dalam suasana basa. Bila terdapat gula reduksi pada sampel, maka
larutan DNS yang awalnya berwarna kuning akan bereaksi dengan gula reduksi
sehingga menimbulkan warna jingga kemerahan (Sastrohamidjojo, 2005).
5.2. Pengamatan
Sisa Pati
Pengujian
pati dengan melakukan penambahan Iodium-reagen KI pada larutan pati. Jika
amilosa pati terdapat dalam larutan, maka akan menghasilkan warna biru-hitam.
Jika amilosa pati tidak hadir, maka warna akan tetap oranye atau kuning. Untuk
Amilopektin pati, selulosa, ataupun disakarida seperti sukrosa yang terdapat
dalam larutan tidak akan memberikan efek warna.
Apabila
terdapat amilosa pati dalam larutan sampel, maka akan berpengaruh dalam
pembentukan warna biru tua, hal ini disebabkan oleh adanya molekul iodium yang
terikat dalam kumparan helix amilosa pati. Iodine dalam reagen KI sangat tidak
larut dalam air, sehingga reagen iodium dibuat dengan melarutkan iodium dalam
larutan kalium iodida. Hal ini membuat larutan ion kompleks triiodida linier.
Ion ion triiodida terikat ke dalam kumparan helix dari pati menyebabkan
intensitas warna biru-hitam (Zhizhuanget.al, 2006).
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN
Glukosa tereduksi yang dihasilkan
dari hidrolisis pati oleh enzim alpha-amilase terlihat bahwa semakin
lama waktu kinerja enzim amilase, semakin menurun nilai absorbansinya yang
berarti kadar glukosanya semakin menurun (fluktuatif), Pengukuran pati sisa
menunjukkan semua larutan sampel berwana kuning dan nilai absorbansinya sangat
rendah (hampir mendekati nol), hal ini berarti kemungkinan hampir semua pati
yang terkandung dalam larutan telah terhidrolisis oleh enzim alpha amilase
menjadi glukosa.
6.2. SARAN
Saran untuk penelitian berikutnya
melakukan karakteristik enzim alpha amilase meliputi pH, suhu, konsentrasi
enzim,lama inkkubasi enzim (perlakukan panas), dan penambahan inhibitor yang
berpengaruh terhadap aktivitas enzim alpha amilase.
VII.
DAFTAR PUSTAKA
Aiyer,
Prasanna V. 2005. Review: Amylases and Their Applications. African Journal
of Biotechnology Vol. 4 (13), pp. 1525-1529.
Heryanto, Tri
E. 2012. Penentuan Aktivitas Amilase Kasar Termofil Bacillus subtilis Isolat
Gunung Darajat Garut, Jawa Barat. Universitas Pendidikan Indonesia. Repository.
upi.ac.id.
Lynd L.R.
Weimer PJ. Van Zyl WH. Pretorius IS. 2002. Microbial Amylase Utilization:
fundamentals and biotechnology. Microbiol Mol Biol Rev 2002;66:506–77.
Ophardt,
Charles E. 2003. Carbohydrate MiniTopics; Starch-Iodine. Virtual
Chembook. Elmhurst College.
Sastrohamidjojo,
Hardjono. 2005. Kimia Organic, Sterokimia, Lemak, dan Protein. Yogyakarta
:Gadjah Mada University Press.
Sazci A.
Radforda A. & Erenler K. 1986. Detection of Cellulolytic Fungi by Using
Congo red as an Indicator: a Comparative Study with The Dinitrosalicyclic Acid
Reagent Method. Journal of Applied Bacteriology 61. 559-562.
Wang, Nam Sun.
2009. Experiment no. 5: Starch Hydrolysis by Amylase. Department of
Chemical & Biomolecular Engineering. University of Maryland
Zhizhuang
X, Reginald S, Adrian T. 2006. A Quantitative Starch–Iodine Method for Measuring
Alpha-Amylase And Glucoamylase Activities. Analytical biochemistry Volume
351, Issue 1, 1 April 2006, Pages 146–148.
0 Comments